Jumat, 10 Desember 2010

ALAy

Eksisnya Bahas alay mengancam ..bahasa indonesia....

heii , lamb knall yupz ! nmAquw ieeechaaa . . !”
Mungkin kalian sering mendengar kata kata di atas....tebak bahasa apa?yup....ALAY..hehehe
Bahasa Alay, atau yang biasa disebut sebagai bahasa “anak layangan“, merupakan bahasa anak muda masa kini. Sebenarnya penggunaan kata anak muda dirasa kurang pas, karena penggunaan bahasa alay ini marak dipopulerkan oleh anak-anak ABG (anak baru gede) seumuran SMP, maupun SMU.
PERKEMBANGAN zaman dan kemajuan teknologi komunikasi saat ini membuat kaum muda lebih senang menggunakan bahasa gaul ketimbang bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasagaul pun dikhawatirkan akan menggeser kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama di Nusantara. KESUKAAN berbahasa gaul itu sudah tampak di kalangan remaja ketika mereka memasukkan bahasa-bahasa Itu ke dalam pesan singkat di telepon genggam [handphone) atau saat berkomunikasi di internet, seperti di akun Facebook. Salah satu contoh bahasa gaul itu adalah dengan menyingkat huruf dan angka dalam sebuah kata. Sebagai contoh dalam sebuah kalimat yang sering ditemui seperti 9ax aneh kok ay..slmet ya mo9a \an99eng.amHIen. Kalimat itu punya arti Nggak aneh kok Ay. selamat ya semoga langgeng. Amin.
Bahasa gaul atau yang kerap disebut bahasa alay itu bisa merusak, bahkan melunturkan, tata bahasa Indonesia Jika kaum muda terus menggunakannya dalam keseharian. Ditambah lagi dengan tidak adanya orang yang mengingatkan atau memberi pengertian tentang tata bahasa Indonesia yang balk dan benar kepada kaum muda.
Ketua Program Studi Indonesia Universitas Indonesia, DR Maria Josephine Mantik M.Hum menuturkan, bahwa bahasa gaul boleh-boleh saja digunakan,asalkan tidak mencampuradukkan dengan tata bahasa Indonesia. "Kalau mau menggunakan bahasa gaul ya total saja. Tetapi kalau mau menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar ya jangan setengah-setengah," kata Maria kepada Wana Kota di sela-sela acara Potret Buram Sumpah Pemuda 1928 yang bertemakan "Digitalisasi Bahasa Indonesia" di Teater Mandala, Gedung Menpora di Jalan Gerbang Pemuda. Nomor 3, Tanahabang, Jakarta Pusat, Sabtu (9/10) siang.
Menurut Maria, maraknya pemakaian bahasa gaul dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir itu disebabkan oleh dinamika kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi komunikasi yang pesat turut mendorong perkembangan bahasa gaul itu. Selain itu maraknya kehadiran situs Jejaring sosial di dunia maya turut menjadi pemicu munculnya ragam bahasa tersendiri, termasuk bahasa gaul.
"Awal tahun 2000 menjadi titik penting dalam perkembangan bahasa Indonesia, yaitu mulai dikenalnya istilah bahasa gaul, terutama di kalangan anak muda. Masyarakat pengguna media internet memanfaatkan bahasa gaul untuk berkomunikasi secara online. Akhirnya, penggunaan bahasa gaul pun tumbuh dengan subur di dunia maya. Bahasa gaul itu saat ini dikenal dengan istilah bahasa alay," imbuh Maria.
Bahasa alay juga sebagai sesuatu gejala yang dialami kaum muda yang ingin diakui statusnya di pergaulan sehingga akan mengubah gaya tulisan dan gaya berpakaian. Bahasa alay kerap mencampuradukkan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, menggunakan singkatan, kode, angka, dan visualisasi.
Yang menjadi kekhawatiran Maria, adalah semakin seringnya kaum muda menggunakan bahasa alay, mereka akan semakin Jauh dan tidak mengetahui tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. "Oleh karena itu peran keluarga, pengajar, dan masyarakat Seingat besar untuk menumbuhkan kebanggaan penggunaan bahasa Indonesia yang balk dan benar.
Jika tidak, penggunaan bahasa alay itu akan merusak penggunaan tata bahasa indonesia dan bahasa lainnya." papar Maria.
Mahasiswa terpengaruh
Minimnya pengetahuan kaum muda akan tata bahasa Indonesia bukan saja pada pelajar SMP dan SMA. melainkan juga pada mahasiswa. Hal itu tampak saat mereka membuat makalah atau presentasi.
Maria mengatakan, banyak mahasiswa yang tidak mengerti penggunaan tata bahasa Indonesia karena kerap menggunakan bahasa alay dalam percakapan sehari-hari.
Sementara itu, Pengamat Komunikasi, Dian Budiargo, menuturkan bahwa penggunaan bahasa alay bisa menyebabkan pembentukkan pemahaman yang mengkristal di kaum muda. Hal ini dikhawatirkan akan merusak tatanan bahasa Indonesia.
"Seperti kata (u dan gue, jika dua kata itu digunakan antarteman tidak akan menjadi masalah, namun jika digunakan pada acara formal, akan muncul anggapan rendahnya tingkat profesionalisme seseorang dalam suatu hubungan kerja," ujar Dian.
Untuk menghindari makin hilangnya pemahaman kaum muda dan masyarakat tentang bahasa Indonesia adalah perlunya ditanamkan kesadaran dan pemahaman membedakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai konteks," tutur Dian.
Dian mengimbau masyarakat, termasuk pendidik, untuk menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang utama dan penting sebagai warga negara Indonesia.
"Di era globed, penguasaan bahasa asing tetap diperlukan. Namun yang lebih penting adalah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama sehingga kekhawatiran kita akan buramnya penggunaan bahasa Indonesia di media digital yang dianggap tidak baik dan tidak benar tidak akan terjadi," terang Dian, (get)


Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar